Jurus 'Koboi' Purbaya: Dongkrak Ekonomi dengan Dana Surplus, Diterima Publik Dikhawatirkan Investor

Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa

JAKARTADua bulan sejak dilantik sebagai Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menjadi pusat perhatian publik, bukan hanya karena kebijakan fiskalnya yang berani, tetapi juga gaya komunikasinya yang blak-blakan. Tekadnya mengalihkan dana pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi, meski dengan risiko melebarkan defisit, menandai pergeseran drastis dari pendahulunya.

Purbaya, yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Komisioner LPS, langsung menonjol di lingkaran kabinet. Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menilai gaya komunikasi Purbaya menarik perhatian publik.

"Dia tidak takut menyuarakan pendapatnya dan menghindari istilah keuangan yang teknis agar masyarakat bisa memahami arah kebijakan ekonominya," kata Yusuf Rendy Manilet kepada CNA.

Antusiasme publik tercermin dalam survei Indikator Politik 8 November lalu, di mana Purbaya menempati posisi menteri dengan kinerja terbaik ketiga di kabinet Presiden Prabowo Subianto. Ini merupakan pencapaian signifikan bagi sosok yang sebelumnya tidak dikenal luas di luar lingkaran kebijakan ekonomi.

Namun, antusiasme serupa tidak dirasakan oleh investor dan analis. Purbaya dianggap melakukan pergeseran kebijakan yang terlalu drastis dibandingkan pendekatan hati-hati Sri Mulyani Indrawati.

Tak lama setelah dilantik awal September, Purbaya mengumumkan penarikan Rp440 triliun dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) yang selama ini dijaga ketat. Ia telah menggunakan Rp200 triliun dari dana tersebut dan menyuntikkannya ke bank-bank milik pemerintah untuk meningkatkan likuiditas, dengan dalih menstimulasi perekonomian.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran. Tauhid Ahmad dari INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) menyoroti risiko kebijakan ini.

“Investor khawatir karena (Purbaya) menggunakan dana yang seharusnya disimpan untuk keadaan darurat, seperti menstabilkan rupiah atau meredam dampak krisis keuangan dan pandemi,” kata Tauhid Ahmad.

Kekhawatiran diperkuat oleh Bhima Yudhistira dari CELIOS, yang melihat potensi guncangan ekonomi makin besar akibat tekanan global. Purbaya sendiri menyatakan sisa dana surplus masih dipertimbangkan, namun menegaskan seluruhnya akan dimanfaatkan.

Gaya Purbaya yang blak-blakan kerap memicu kontroversi. Setelah dilantik, Purbaya sempat melontarkan komentar mengenai aksi protes anti-pemerintah.

“Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” kata Purbaya seperti dikutip Tempo.

Komentar ini menuai kecaman karena dianggap tidak sensitif. Purbaya kemudian meminta maaf, namun tetap mengakui bahwa gaya bicaranya berbeda.

"Saya masih pejabat baru di sini, menterinya juga menteri kagetan. Jadi, kalau ngomong, kalau kata Bu Sri Mulyani gayanya koboi," ujar Purbaya dalam Konferensi Pers usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) Menkeu di Kementerian Keuangan. "Waktu di LPS sih enggak ada yang monitor, jadi saya tenang. Ternyata di (Kementerian) Keuangan beda. Salah ngomong langsung dipelintir sana-sini."

Selain itu, ia juga secara terbuka mengkritik program dan tata kelola keuangan kementerian lain, termasuk Badan Gizi Nasional (BGN) dan Dana Kekayaan Negara (DKN) Indonesia, Danantara, karena dinilai terlalu aman dalam berinvestasi.

"Saya sempat kritik (Danantara). Kalau Anda taruh obligasi begitu banyak di pemerintah, keahlian Anda apa?” ujar Purbaya.

Terlepas dari kritikan internal dan kekhawatiran pasar, Purbaya menunjukkan sikap teguh menolak terjun ke politik. Kepada Antara pada 29 Oktober, ia menegaskan, “Saya tidak tertarik pada politik”.

Awal tahun ini, Indonesia sempat mencatat arus modal masuk asing tinggi. Namun, tren ini berbalik pasca-pergantian menteri keuangan. Menurut Bloomberg, investor asing telah melepas surat utang pemerintah Indonesia senilai bersih US$187,6 juta (sekitar Rp3 triliun), menjadikan Indonesia satu-satunya pasar di Asia Tenggara yang mengalami arus keluar investasi asing bersih di sektor obligasi tahun ini.(RED)

Posting Komentar

0 Komentar